Tim ARAKSI NTT dan Pospera TTS Dampingi Korban Pengeroyokan Anggota Linmas dan Aparat Desa di Kepolisian

Reporter : Redaksi Editor: Cyriakus Kiik
  • Bagikan
Timorline.com

Dikatakan, sepulangnya kepala dusun, datang saudara dari kepala dusun membicarakan kondisi itu. Waktu datang kakaknya ini berteriak di jalan. Pihak keluarga minta yang bersangkutan masuk, tetapi dia tidak mau masuk. Dia pulang dan kemudian datang lagi dengan dua sepeda motor. Keluarga undang untuk masuk, tetapi mereka tidak masuk. Pihak keluarga korban sudah mulai takut karena ada banyak massa.

“Ada juga bahasa yang mengancam bahwa mereka akan bakar rumah kalau bapak dan mama ini tidak keluar. Bapak dan mama ini memilih untuk mengamankan diri dan tidak mau keluar dari dalam rumah. Mereka berlindung di dalam rumah kurang lebih dua jam,” urai Alfred.

Atas kondisi yang ada, lanjut Alfred, datanglah hansip untuk meyakinkan korban bahwa mereka akan melindungi korban. Tetapi, bapak dan mama ini tetap tidak mau keluar karena massa sudah semakin banyak. Bahkan ada yang mulai lempar rumah dan pukul tiang listrik.

Baca Juga :  Pertama Kali, Keluarga Besar PPWI Selenggarakan Natal Bersama

“Karena merasa ada hansip yang bisa amankan situasi, bapak dan mama ini keluar. Sayangnya saat keluar, bukan mereka amankan, mereka malah pukul duluan. Hal itu terus berlanjut penganiayaan. Bahkan ada tali jemuran yang mereka gunakan untuk mengikat korban,” tambahnya.

Usai memukul korban, mereka arahkan bapak dan mama ini ke kantor desa.

Atas permintaan korban Edi Kause, mereka lepas tali dan berjalan ke kantor desa. Sampai di kantor desa, ada Sekretaris Desa yang tadi ikut pukul sudah ganti pakaian dinas. Dia sambut lagi korban Edi dan istrinya Martha dengan memukul mereka. Waktu itu ada juga bapak desa tetapi mereka lihat saja.

“Waktu itu sudah malam, polisi tiba dan membawa mereka ke Puskesmas. Di sana mereka diperiksa dan diobati,” tambah Alfred.

Baca Juga :  Terdeteksi di Malaka, Polisi  Selamatkan ABG Kota Kupang yang Nyaris Dijual Muncikari ke Timor Leste

Saat itu kata Alfred, pihak polisi berupaya mendamaikan mereka.

Dikatakan, pada keesokan harinya, polisi jemput lagi untuk mendamaikan mereka. Berdamailah mereka tetapi berdamai tidak iklas. Para pelaku maupun korban tidak tahu kalau kejadian itu ada yang videokan. Mereka ini baru sadar saat video ini beredar luas di media sosial.

Ada juga intervensi dari pihak keluarga yang merasa tidak puas karena saat urusan damai, mereka tidak diundang. Menurut mereka upaya damai itu dilakukan secara sepihak dan mereka tidak setuju.

“Hari ini, laporan yang ada bukan terkait kasus pemukulan antara kepala dusun dan korban karena mereka sudah berdamai. Tetapi, yang dilaporkan adalah tindakan oknum anggota Linmas dan Sekretaris Desa,” ujar Alfred.

  • Bagikan