Perempuan masih jadi Pelengkap dalam Musyawarah Perencanaan

Reporter : Floresty Editor: Cyriakus Kiik
  • Bagikan
Timorline.com

“Kebutuhan kelompok tertentu tidak bisa diwakilkan dalam proses perencanaan dan penganggaran. Harus diaspirasikan oleh mereka sendiri karena merekalah yang paling tahu tentang kebutuhannya. Bila kelompok ini diwakilkan maka dapat dipastikan usulan yang disampaikan tidak konek dengan kebutuhan,” tukas mantan anggota DPD ini.

Penerima penghargaan Yap Thiam Hien ini mengatakan, dari peta ketimpangan gender di Kabupaten Lembata, terlihat sebagian besar kelompok miskin adalah Perempuan. Atau dengan kata lain kemiskinan memiliki wajah Perempuan, baik dia sebagai PMI, Petani, dan lainnya.

Begitu halnya dari segi status dan pengalaman kehidupan yang buruk yang tidak teridentifikasikan dengan angka, sungguh sangat banyak dialami perempuan. Namun demikian Lembata memiliki progres kesehatan yang cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari zero kematian ibu melahirkan tahun 2022. Angka ini mencerminkan baiknya derajat kesehatan perempuan Lembata. Sementara angka kematian bayi sebanyak 15 kasus, gizi kurang 3.607 kasus, dan 314 anak stunting.

Baca Juga :  Hendra Hartanto Irawan digugat Ahli Waris Theodorus, Ayub Codey: Tidak Ada Kaidah Jual Beli Berubah Menjadi Hutang Piutang Baru

Karena itulah Lery mempertanyakan mengapa di sela-sela kemiskinan, sosok perempuanlah yang tampil dominan? Sedangkan laki-laki jarang tampil? Hal ini memberikan gambaran betapa kemiskinan sangat dekat dengan Perempuan.

“Bagaimana kita melihat potret dan struktur anggaran kesehatan, pendidikan, pemberdayaan, kesejahteraan PMI yang responsif gender dan pemenuhan hak dasar. Fakta ini menunjukkan bahwa persoalan pemenuhan hak dasar masih jauh dari harapan. Secara umum, apa yang terjadi di Lembata dalam program peningkatan kualitas hidup perempuan belum mendapat alokasi anggaran APBD yg baik dari pemerintah kabupaten,” kata Lery.

  • Bagikan