Malaka Mencari

Reporter : Redaksi Editor: Cyriakus Kiik
  • Bagikan
Timorline.com

Dikotomi kedaerahan dalam tren foho-fehan mulai dimunculkan dan dipasang-pasang untuk meraut simpati keetnisan dan membangkitkan ego sektoral masing-masing. Hal ini sekalian akan menggerogoti kemapanan lingkaran kesepahan tentang Malaka yang bersatu, bersaudara tanpa sekat.
Perbincangan-perbincangan tentang kefiguran bermuara pada figur idaman dalam PILKADA nanti. Figur pilihan tentu berdasar pada harapan-harapan dan idealisme tingkatan atau kelompok masyarakat tertuntu.

Petani-Peternak
Kelompok petani-peternak memiliki idealisme yang pasti berbeda dengan para pegawai dan pengusaha. Mimpi kaum marginal ini tidak saja pada tingkatan, balik tanah gratis, bibit gratis dan pupuk gratis (tanpa kontrol) yang kadang hanya sebagai bius pada tataran retorika politik. Kelompok ini bermimpi untuk berjalan sampai kepada kemandirian baik pada tingkatan kemampuan dan kemapanan SDM-nya maupun pada tingkatan finansial (secara ekonomi) agar berkelanjutan.

Pasar sebagai bentuk hilirisasi untuk memasarkan produk hasil pertanian masih terlalu jauh. Harapan para petani saat ini untuk mempersunting “Nona Malaka” belum kesampaian. Hasil produksi pertanian lahan basah (padi sawah) bermuara di tangan tengkulak atau kaum kapital karena tren ijon yang sudah menjadi tradisi baru pada kalangan petani. Hasil pertanian masih berkeliaran di tangan tengkulak, koperasi pemerintah yang semestinya menerima semua hasil produksi pertanian dengan harga wajar dan memuaskan belum kesampaian. Hari-hari ini masyarakat marginal dalam keadaan pasrah karena tingginya harga beras terpaksa beralih ke lain hati (BULOG).

Baca Juga :  Dewan Kerja Sama Teluk Dukung Penuh Kedaulatan Maroko atas Sahara

Hilirisasi masih menjadi pekerjaan rumah bersama oleh semua pihak. Harga pasar pertanian-peternakan kita masih menjadi milik para tengkulak dan kaum kapitalis. Harga berubah sesuka hati sejauh berapa besaran keuntungan yang akan diraut pebisnis. Kandang-kandang ternak masih menyisakan kekecewaan akibat harga jual yang tidak sebanding dengan biaya pemeliharaan dan pengeluaran. Peran pengaturan harga jual sebagai bentuk kontrol harga pasar adalah mimpi besar kelompok petani yang belum kesampaian.

  • Bagikan