Kondisi inilah yang membuat mereka menangis. Sebab, yang terjadi sudah pasti gagal panen. “Kalo gagal panen, jelas ketersediaan pangan masyarakat juga tidak ada. Sudah pasti kami kelaparan. Sebagai petani sawah, kami mau makan apa? Kondisi ini sangat berbeda dengan kondisi lima bulan pertama tahun ini”, kata Pedro, salah seorang petani Desa Lakekun Barat melalui aplikasi WhatsApp, Sabtu (14/10/2023) petang.
Seorang ibu yang berdiri di dekat Pedro, mengaku, yang paling merasakan dampak kekeringan panjang di Lakekun Barat dan Lakekun saat ini adalah ibu-ibu dan anak-anak. Ibu-ibu kewalahan saat bangun pagi mau menyiapkan makan pagi bagi bapak-bapak yang mau bepergian ke sawah. Sebab, tidak ada stok pangan untuk diolah.
“Kita yang orang besar bisa bertahan tidak makan siang, malam baru makan. Tapi, bagaimana dengan anak-anak. Anak-anak yang siang pulang sekolah pasti harus makan. Nahhh, tidak mungkin kita bilang makanan tidak ada. Ini yang membuat kita menangis”, urai ibu setengah baya ini.
Claudino Barreto dos Santos, Petani Milenial Desa Lakekun Barat yang dihubungi melalui telpon selulernya, Sabtu (14/10/2023) petang, menegaskan, kondisi lahan persawahan warga saat ini memastikan kalau petani setempat gagal panen tahun ini.
Tetap Terhubung Dengan Kami:
CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan,
Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.