Topik : 

Sexynya Rumah Bantuan Seroja!

  • Bagikan
Timorline.com

Oleh: Benyamin MaliDiaspora Malaka Jakarta

RUMAH BANTUAN SEROJA (RBS) tampak ”sexy” bahkan ”sexy amat sangat” sehingga dalam hari-hari ini banyak media sosial di NTT, khususnya di Malaka, menjadikannya trending topic melampaui masalah-masalah Malaka lainnya yang sebenarnya juga TIDAK KALAH ”sexy”-nya dari RBS. Tidak apa-apa sebenarnya, karena wartawan memang suka dan lebih tertarik dengan masalah-masalah trendy dan up to date… sementara yang sudah usang, biarlah ditelan waktu, tak perlu lagi diungkit, kendatipun dampaknya masih terasa hingga sekarang, masih segar dalam memori masyarakat Malaka, dan karena itu kerap masih menjadi buah bibir masyarakat di rumah, di kebun, di kantor, di pasar Bei Abuk, dan di jalan-jalan, termasuk di lokasi-lokasi Bola Guling berguling dan tempat adu ayam.

Menjelang perhelatan politik Pemilihan Umum (Pemilu) 14 Februari 2023 dan Pilkada Serentak November 2024, RBS menjadi semakin sexy karena dimanfaatkan sebagai ”ajang pamor diri, ajang cari panggung, dan ajang pendongkrak jumlah suara pemilih” bagi segelintir politisi Malaka. RBS terkesan menjadi seolah ”dewa penolong” bagi mereka.

Artikel ini adalah refleksi pribadi tentang RBS. Saya merefleksikannya dalam bayang-bayang (1) Peringatan hari bersejarah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus yang ke-78, (2) Pemekaran Malaka sebagai sebuah Daerah Otonom di tahun 2013, dan (3) Pemilu 14 Februari 2024 dan Pilkada Serentak November 2024. Semoga refleksi pribadi ini punya manfaatnya bagi khalayak masyarakat Malaka di mana pun berada, khususnya semua yang ada di Rai Malaka, Timor, NTT.

Kecenderungan Kodrati Manusia
Umumnya NODA HITAM yang ada pada baju putih kesayangan, sekecil apa pun wujudnya, selalu cepat terlihat mata manusia dan menggoda untuk dipertanyakan. Tangkapan mata melahirkan kata-kata GERUTU, hanya tentang NODA HITAM itu… bukan tentang bagian terbesar baju yang masih tetap putih bersih dan indah. Bagaimana proses lahirnya gerutu itu? Kata orang, ”Dari MATA turun ke HATI, lalu tersemprot ke OTAK sehingga mengacaukan alam PIKIRAN … alam pikiran yang sudah terkontaminasi oleh HATI yang menggerutu itu, kemudian menyembur keluar lewat MULUT, entah berupa pertanyaan ”mengapa, di mana dan bagaimana”, atau berupa sekadar keluhan dan kekesalan berjam-jam bahkan berhari-hari dan berjilid-jilid.

Baca Juga :  Musang-musang Berbulu Garuda

Kekecewaan yang terungkap itu, menurut hemat saya, tidak apa-apa, kendati terselip juga ”apa-apa”-nya. Ada baiknya. Mengapa? Pertama, karena kekecewaan dan kemarahan terhadap adanya noda hitam itu menunjukkan hakikat kodrat manusia yang TIDAK SUKA akan hal-hal YANG BURUK (Latin: malum) karena akibatnya terhitung fatal, karena orang Indonesia bilang : ”Karena nila setitik, rusak susu sebelanga”. Kedua, karena dengan kecewa dan marah-marah itu, hati menjadi plong, orang terbebas dari siksaan emosi, lalu bisa tenang dan nyenyak tidur sambil bermimpi indah. Bila tidak diungkap, malah bisa-bisa orang jatuh sakit. Repot jadinya!
Inilah yang terjadi dengan berita sexy RBS yang hari-hari ini menjadi ”trending topic” media sosial, menjadikan Malaka ”negeri tiada hari tanpa RBS”.

Bagi saya, biar saja, karena wajar. manusiawi. Namun rasa-rasanya menjadi ”kurang pantas dan layak” karena ada kesan ”politisasi RBS”. Bila demikian, maka terkesan kuat ”ada udang di balik batu…. ada maunya.”

Kita Mesti Telanjang!
Sexy-nya RBS hingga menjadi ”trending topic” hari-hari ini kiranya bukan suatu ”kebetulan sejarah”. Rupa-rupanya alam Malaka turut campur tangan secara misterius dengan memompa para wartawan merilis RBS ini berjilid-jilid di saat-saat menjelang peringatan Hari Proklamasi 17 Agustus 2023 ini, lebih-lebih menjelang perhelatan Pemilu Februari 2024 dan Pilkada Serentak November 2024 nanti. Campur tangan alam Malaka ini menjadikan Malaka ”negeri RBS … negeri tiada hari tanpa RBS”.

Baca Juga :  Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir Sabet Gelar Juara Dunia Kedua

Sebagai kasus yang menyangkut kepentingan negara dan rakyat Malaka terdampak, pemberitaan itu baik adanya untuk disorot demi rasa keadilan, baik keadilan bagi negara maupun bagi masyarakat Malaka umumnya, dan masyarakat terdampak pada khususnya. Melihat kenyataan RBS sebagaimana diberitakan, rasanya kita jangan terlampau galau, sebab selalu ada ”hikmah” tersembunyi di balik pemberitaan RBS yang berjilid-jilid itu, kendatipun pemberitaan itu ”membuat telinga merah karena tak sudi membacanya”.

Dalam bayang-bayang nostalgia peristiwa sejarah PEMEKARAN MALAKA, dan peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan ke-78, lalu kemudian perhelatan Pemilu Februari 2024 dan Pilkada Serentak November 2024, saya melihat suatu ”nilai” di balik pemberitaan berjilid-jilid itu. Nilai itu ialah bahwa ”SEXI-nya RBS menggoda kita untuk ”telanjang”. Dan sepertinya kita mesti putar lagunya Ebied G. Ade untuk merenung: ”KITA MESTI TELANJANG… TENGOKLAH KE DALAM SEBELUM BICARA….SINGKIRKAN DEBU YANG MASIH MELEKAT…. supaya kita BENAR-BENAR BERSIH… SUCI LAHIR DAN BATIN …”.

Menurut saya, lirik ”Kita Mesti Telanjang” itu suatu ”nilai” – karena di dalam ajakan ”telanjang” tersembunyi sesuatu yang ”baik”. Kata St. Tomas Aquinas, ”hal yang baik itu adalah yang diingini oleh semua orang karena mempunyai alasan baik, atau karena pada hakikatnya baik”.

Pemberitaan RBS berjilid-jilid itu ”sesuatu yang baik”. Maka ”telanjang” itu baik. Dengan ”telanjang”, kita mengetahui segala NODA yang melekat pada RBS itu, sekaligus juga yang ada pada orang-orang Malaka, baik yang bertindak sebagai KONTRAKTOR maupun sebagai PEJABAT yang disinyalir menjadi ”aktor intelektual” yang membekingi para kontaktor, baik itu di lembaga legislatif maupun di lembaga eksekutif.

  • Bagikan